Macam-macam Cara Menghafal Al-Quran
Berikut ini adalah cara-cara atau metode menghafal Al-Quran, diantaranya:
A. Metode Efektif
Macam-macam Cara Menghafal Al-Qur’an Saat ini sudah banyak hafizh yang membukukan pengalaman menghafal mereka. Ada juga tulisan-tulisan tentang metode untuk acuan dan panduan bagi para santri dan mahasiswa, seperti di Madrasatul Quran Tebu Ireng Jombang, PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Jakarta dan IIQ (Institut Ilmu Al-Qur’an) Jakarta.
Dalam hal cara atau metode menghafal Al-Qur’an yang efektif berlaku keberagaman, bukan keseragaman. Maksudnya, antara satu dan lain orang berlaku metode yang tidak sama, tergantung pada karakter, daya serap dan daya ingat masing-masing. Metode yang terbukti jitu bagi seseorang belum tentu jitu pula bagi orang lain.
Berkaitan dengan ini, ada orang-orang yang dapat menemukan sendiri metode yang tepat bagi mereka. Tetapi tak sedikit pula orang yang bingung dan perlu menimba pengalaman orang lain serta bim- bi- ngan guru untuk sampai pada metode yang tepat bagi dirinya. Bab ini akan memperkenalkan dan menyuguhkan beberapa metode menghafal yang telah dipraktekkan banyak orang dan diterapkan di lembaga-lembaga tahfizh Al-Qur’an, khususnya di PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an) Jakarta. Lembaga ini dipilih karena yang dipraktekkan di sana cukup mewakili metode-metode yang ada.
PTIQ adalah lembaga pendidikan tinggi yang mengharuskan ma- hasiswanya untuk menghafal Al-Qur’an baik sebagian maupun seluruh Al-Qur’an. Di lembaga ini diterapkan tiga metode, dan mahasiswa dipersilakan memilih salah satunya. Ketiga metode dimaksud ialah:
Metode S (seluruhnya), yaitu metode di mana mahasiswa membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara beru- lang-ulang sampai hafal.
Metode B (bagian), yaitu menghafal ayat demi ayat atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman.
Metode C (campuran), yaitu kombinasi antara metode S dan B. Dalam metode ini mula-mula mahasiswa membaca satu halaman berulang-ulang, kemudian pada bagian tertentu dihafal tersendiri, lantas diulang-ulang kembali secara keseluruhan.
Di antara ketiga metode tersebut, yang terakhir tampaknya paling banyak dipakai orang dalam menghafal Al-Qur’an. Inilah, dalam prakteknya, yang biasanya dilakukan calon penghafal Al-Qur’an:
Yang paling mula ialah dia membaca seluruh ayat yang hendak di- hafalkan dalam satu halaman dengan cara melihat mushhaf (bi al- nazhar). Dia membacanya berulang-ulang sambil mengamatinya dengan cermat, sehingga memperoleh gambaran menyeluruh ten- tang lafal maupun urutan ayat -ayatnya. Perlu ditekankan, hendaknya dia membaca ayat-ayat tersebut dengan benar dan cermat, baik huruf, harakat maupun panjang-pendeknya, supaya yang masuk ke dalam memori pada fase paling awal adalah bacaan yang benar. Membaca dengan benar juga membantu penghafalan dan pemeliharaan Al-Qur’an secara lebih mudah.
Selanjutnya dia menghafal ayat-ayat tersebut sedikit demi sedikit. Misalnya satu baris, beberapa kalimat atau sepotong ayat yang pendek. Dia membacanya berulang-ulang secara hafalan sampai tidak ada kesalahan.
Setelah satu baris atau beberapa kalimat tersebut dapat dihafal dengan lancar, mulailah dia menambah hafalan dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya, sehingga sempurna satu ayat. Kemudian rangkaian ayat tersebut diulang kembali sampai benar-benar dihafal.
Sesudah materi satu ayat dapat dihafal dengan lancar, dia berpindah ke materi ayat berikutnya. Untuk merangkaikan hafalan urutan kalimat dan ayat dengan benar, setiap selesai menghafal materi atau ayat berikut, dia harus selalu mengulang-ulanginya: ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua dan begitu seterusnya.
Setelah ayat-ayat dalam satu halaman selesai dihafal, hendaknya dia membaca kembali dari awal halaman secara hafalan, dan begitu seterusnya sampai tidak ada kesalahan, baik lafal maupun urutan ayat-ayatnya. Jika dia menemukan lafal-lafal yang sulit dihafal, lafal-lafal yang serupa atau lafal-lafal yang hampir serupa dengan lafal lain, hendaknya ini mendapat perhatian khusus. Begitu pula dengan penutup atau ujung setiap ayat, perlu diperhatikan secara seksama.
Setelah halaman yang ditentukan dapat dihafal dengan baik dan lancar, dilanjutkan dengan menghafal halaman berikutnya.
Dalam hal merangkai halaman, perlu diperhatikan sambungan akhir halaman tersebut dengan awal halaman berikutnya, sehingga hafalan tersebut sambung menyambung. Karena itu, setiap selesai satu halaman, perlu juga diulang dengan dirangkaikan dengan halaman-halaman berikutnya.
Dengan hafalan minimal dua halaman itu, mahasiswa menghadap kepada instruktur untuk di-tashhih (disimak dan dibetulkan) hafalannya serta mendapatkan petunjuk-petunjuk dan bimbingan seperlunya.
B. Metode Lauhun
Selain metode-metode yang sudah ada itu, ada pula metode lain yang hendak penulis tawarkan di sini. Yaitu metode yang pernah digunakan oleh para pendahulu, termasuk orang tua dan guru penulis KH. Zainur Jaya dan KH. Adlan Alie, Syaikh Abd Qadir Abd. Azhim, guru besar tahfizh Al-Qur’an, Qira’at dan Nagham PTIQ dari Mesir, yaitu “Metode Lauhun”. Orang dulu menyebut setoran hafalan baru dengan “lauh”. Lauh yaitu menyetorkan atau menyimakkan hafalan baru kepada instruktur atau pembimbingnya. Sedangkan mengulang hafalan yang diperdengarkan kepada instruktur, pembimbing pada waktu “lauh” disebut deresan atau takrir2 (istilah di PTIQ/IIQ Jakarta).
Mengapa disebut lauh? Karena sebelum menghafal materi baru, ayat ditulis dulu di sabak (papan kecil terdiri dari batu) satu ayat ditulis sebagian atau separuhnya ayat dibaca berulang-ulang kali sampai terbayang letak baris dan posisinya, setelah itu tulisan dihapus lalu dibaca dengan hafalan. Setelah sebagian ayat ini hafal dan masuk ke memori otak, baru disempurnakan menghafal bagian ayat berikutnya dengan cara yang sama, yaitu ditulis terlebih dahulu di sabak (papan tulis kecil terdiri dari batu) dibaca bi al-nazhar berulang-ulang hingga lancar dan terbayang letak baris dan posisi ayat. Setelah itu tulisan dihapus, lalu dibaca dengan tanpa melihat tulisan (hafalan) hingga lancar tanpa ada salah dan telah terekam di memori otak.
Kemudian potongan ayat pertama yang sudah dihafal dengan baik tadi dirangkaikan dengan potongan ayat berikutnya dan dihafal ulang berkali- kali tanpa ada salah. Setelah satu ayat ini dikuasai dan dihafal dengan baik dan lancar, baru boleh melangkah menghafal ayat berikutnya dengan cara yang sama.
Sesudah ayat kedua dikuasai serta dihafal dengan baik dan lancar, maka ayat tersebut diulang lagi dengan merangkaikan ayat pertama dan kedua dengan hafalan baik, benar, dan lancar, baru boleh melangkah menghafal ayat berikutnya dengan cara yang sama pada ayat pertama dan kedua.
Begitu seterusnya dari kalimat per kalimat, ayat per ayat, hala- man per halaman. Tidak boleh terputus, tapi harus dirangkaikan dan di ulang-ulang terus hingga terekam di memori otak.
Di era global dan teknologi canggih ini, alat sabak tidak lagi diperlu- kan dan pabriknya pun tidak ada. Para calon penghafal bisa menggunakan laptop atau komputer dengan cara buka-tutup layar monitor atau buka tutup mata. Setelah berhasil menghafalkan ayat-ayat yang ditentukan, misalnya satu pojok dalam satu hari, dia menyetorkannya pada instruktur untuk disimak dan di-tashih serta mendapatkan bimbingan seperlunya.
Untuk membantu orang menghafal dengan baik dan lancar, memang diperlukan seorang instruktur, guru atau pembimbing. Bila seseorang menghafal Al-Qur’an tanpa guru, instruktur atau pembimbing, maka dia cenderung sesat. Dia tidak sadar manakala bacaan hafalannya salah. Oleh karena itu, peranan instruktur, guru atau pembimbing sangat penting.
Pada waktu menyetor hafalan materi kedua, materi hafalan yang pertama harus disetor ulang. Begitu juga seterusnya, setelah setor materi baru diawali dengan menyetor materi lama minimal 10 halaman dan maksimal 20 halaman.
C. Menghafal dengan Alat Bantu
Sebagaimana alat bantu bermanfaat untuk kegiatan belajar mengajar (KBM), demikian pula alat bantu berguna untuk kegiatan menghafal Al-Qur’an. Pemanfaatan alat bantu ini sudah dilakukan orang sejak lama. Dan di zaman modern ini semakin banyak saja ragam alat bantu yang bisa dieksploitasi untuk mempermudah proses penghafalan kita.
Papan tulis adalah alat bantu yang sudah cukup lama dipakai orang untuk membantu menghafal Al-Qur’an. Sedang alat rekam (audio), dengan segala ragamnya, dan video (audio-visual) adalah alat-alat bantu era modern yang telah terbukti sangat bermanfaat untuk kegiatan yang sama. Berikut ini cara-cara menghafal dengan alat bantu, sebagaimana dipaparkan dalam kitab “Kaifa Tahfazhu Al-Qur’an: Qaw’aid Asasi- yyah wa Thuruq ‘Amaliyyah” karya Syekh DR Yahya bin Abd al-Razaq al-Ghaustsani
Metode Pertama: Mendengar dari Alat Rekam
Berkat kemajuan teknologi, sekarang telah tersedia bermacam alat rekam atau rekaman. Di antaranya adalah tape recorder, CD, DVD, MP3, handphone dan lain-lain. Bahkan sekarang telah tersedia rekaman bacaan murattal (secara tartil) Al-Qur’an lengkap 30 juz dari qari-qari’ (pembaca Al-Qur’an) terkenal serta para imam di Makkah dan Madinah seperti Syekh Mahmud al-Hushari, Syekh Shiddiq al-Minsyawi dan Syekh as-Sudaisi. Mereka membaca dengan tartil (jelas huruf-huruf dan harakatnya), dengan irama yang merdu dan suara yang renyah. Alhasil, enak untuk didengarkan. Ada yang direkam dalam bentuk kaset, CD, MP3, DVD bahkan juga dalam bentuk software yang bisa ditampilkan.
Baca Juga : Pentingnya mempelajari ilmu tahsinul quran
Komentar
Posting Komentar